“Dari kejauhan tergambar cerita tentang kita.” Kita yang kumaksud, tidak semata-mata tentang seseorang bersama dengan aku yang ada di dalamnya, juga tak bisa disetarakan dengan kata-kata, terlebih sesuatu yang gampang kuuraikan. Sejenis perasaan yang bahkan aku sendiri kewalahan dibuatnya. Penuh dengan paradoks: amat sederhana, tapi juga begitu rumit jika dijelaskan.
“Terpisah jarak dan waktu.” Tapi kurasa tidak berlebihan jika ku merasa hati kita bertaut menyatu. Kalaupun kamu tidak merasa begitu, ya tak apa. Akan kunikmati segala kesendirian yang mengagumkan ini. Tiap detik, juga tiap meter dalam jarak yang membentang antara aku dan kamu, antara pagi menuju sepertiga malam.
“Ingin ku ungkapkan rindu lewat kata indah.” Semacam matahari sore yang kian lindap kian menembaga semburatnya, tapi kupikir itu terlalu biasa untukmu. Mungkin seindah wahana bianglala di mata kanak-kanak desa, tapi itu juga tak cukup. Atau sederas hujan pertama di musim paceklik, begitu melegakan dan menghidupkan, tapi tetap saja tidak sepadan denganmu.
“Tak cukup untuk dirimu, Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata.” kutelusuri dalam kamus bahasa indonesia, tapi tak ada padanan kata yang menyamai keindahanmu. mungkin sebentar lagi akan kumasukkan sosokmu ke dalam kbbi. sebuah nama. namamu, yang memiliki definisi: amat jauh tingkatannya dibanding kata indah; sesuatu yang tak mampu diuraikan oleh manusia; sejenis kecukupan dengan banyak kembalian.
BACA JUGA: Beda Jalan, Lain Makna Pulang: Jalan Pulang – Yura Yunita
“Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu.” Takzim. Angin ribut bakal langsung berbaikan, terik matahari kamu sihir menjadi lebih meneduhkan, dan aku, yang kuharap kelak bakal menjadi duniamu, bakal bergeming di hadapanmu. Bersamamu kulakukan segala hal yang takkan kutemui di belahan dunia manapun: Berenang di dalam jernih sepasang mata, hening menyimak lembut suara, lalu segala kekosongan dalam diriku, perlahan mulai terisi.
“Dan apabila tak bersamamu, Ku pastikan ku jalani dunia tak seindah kemarin.” Yang dulu kupikir hidup hanyalah seputar lahir, makan, kerja, menikah, lalu tak ada. Tetapi sekarang berbeda. Di antara segala kebiasaan-keteraturan-kebosanan menjalani hari, kutemukan pagi yang cerah di balik dadaku. Sebuah pagi yang mengajakku untuk hanyut ke dalam detail yang penuh dengan makna. Tidak muluk-muluk seperti menang lotre atau bahkan dapat kesempatan menginjakkan kaki di bulan. Ini hanya sebagian kecil dari detail yang biasa luput dari pandangan orang-orang.
“Sederhana tertawamu sudah cukup.” Menjadi detail, menjelma ajakan untuk ikut menghiasi jagat raya yang kerap memuakkan. “Sempurna” adalah bagi mereka yang merasa cukup. Kujumpai kesempurnaan itu melalui kesederhanaanmu. Aku memilihmu, tanpa kata “tetapi”
“Komang – Raim Laode“
Makna lirik lagu Komang, dinarasikan oleh Mari Mengurai