Di bandara? mau ke mana kira-kira? Loh, di Maluku? Adalah sederet pertanyaan kepo yang baru-baru ini terus-menerus berdengung dalam kepalaku saat melihat story WA kawan lama. Lebih tepatnya kawanku saat madrasah dulu. Dia laki-laki berperawakan tinggi, berkulit sawo matang, dan senyumnya begitu komikal. Semasa madrasah aku mengenalnya sebagai anak yang sedikit begajulan, pemberani yang tak sungkan menantang anak-anak lain. Lalu pada bulan juni lalu, sekitar beberapa hari setelah Iduladha, aku sempat berjumpa kembali dengannya di warung kopi. Kau tahu apa yang menarik? Dia bercerita kalau dirinya baru saja didapuk menjadi khatib Iduladha di sebuah masjid yang ada di Desa Pucang Telu, Kecamatan Kalitengah, Lamongan. Ya, pria yang diberi mandat untuk mensyiarkan Islam ini adalah pria yang sama dengan pria yang kusebut “sedikit begajulan” semasa madrasah.
Tak mau memelihara rasa kepo terlalu lama, aku kemudian kembali terhubung dengannya. Namanya Ibad. Melalui video call (sebenarnya aku hampir tak pernah melakukan video call. Niat awalku cuma sekadar menelponnya. Tapi Ibad lebih dulu mengetuk ikon kamera video di room chat. Jadi apa boleh buat. Langsung ku angkat), kami berdua saling membahas si kabar, si sehat, dan si si lainnya, selayaknya dua kawan lama yang baru bersua. Entah si sehat maupun si kabar, aku merasakan sesuatu yang lebih daripada sekadar basa-basi. Kami bercakap-cakap lumayan lama dengan topik ‘kabar’. Namun, bisa kuakui, dia adalah pendengar yang baik.
“Di Maluku? Berdakwah kah?” Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutku. Langsung kutembak pakai kata “berdakwah” sebab pada pertemuanku dengannya di bulan juni lalu, ia sempat bercerita, bahwa masa SMP hingga SMA-nya dia habiskan di pondok yang ada di Jombang, kemudian lanjut mengenyam pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Kuliyatul Qur’an Al-Hikam, Depok. Dari situ aku berasumsi bahwa kedatangannya ke Maluku adalah sudah tentu untuk berdakwah.
Singkat, Ibad menjawab, benar dirinya di Maluku, tepatnya di Kepulauan Kei, untuk mengajar. Ketika skripsinya selesai digarap, bukan yudisium ataupun wisuda, yang harus ia jalani selanjutnya adalah mengabdi selama satu tahun di masyarakat. Ibad menambahkan kalau Maluku adalah tempat yang dipilihkan oleh Kyai-nya. Maka, ia pun langsung terbang ke sana.
Sedikit selingan, aku bercerita kepadanya. Tiga hari yang lalu, aku meresensi buku dengan tema Islam yang Rahmatan Lil’alamin. Aku yang tak pernah mondok—mungkin pernah, itu pun dalam waktu yang sangat kilat—sekonyong-konyong dengan kepala mendongak, ngomong secara terang kepada dia yang menjadi santri lebih dari sembilan tahun serta sudah biasa menjadi khatib, bahwa aku telah menulis “sesuatu” bertemakan Islam. WAW! Itu seperti anak paud yang bangga melafalkan abjad A; B; C; D… dengan fasih di hadapan seorang sarjana sastra bahasa Indonesia. Aku langsung menertawai diriku sendiri.
Satu tahun pengabdian mungkin menjadi 365 hari yang berkesan di hati Ibad, gumamku. Lamunanku tiba-tiba buyar saat dia bilang kalau sejujurnya dalam hati yang paling dalam, ia ingin menulis untuk merekam semua kejadian yang ia lalui semasa mengabdi itu. Pemandangan Kei yang lebih dari sekadar “cantik”, ragam bahasa yang dipakai, tiga anak ceria yang giat belajar sekaligus bermain, dan barangkali fakta-fakta menarik seputar Kepulauan Kei. Satu cerita Ibad yang sukses membetot perhatianku adalah tentang John Kei, preman legendaris sekaligus paling ditakuti yang ternyata lahir di Kepulauan Kei.
Menindaklanjuti keinginannya, aku berusaha sebaik mungkin untuk menjadi temannya menulis. Yang kelak, jika Allah SWT berkehendak, tulisan-tulisan Ibad akan ditayangkan di sini. Mari Mengurai. Esai pribadi Ibad selama setahun mengabdi. InsyaAllah. Doakan.
Percakapan yang amat singkat untuk kisah yang sudah pasti bakal panjang. Kami mengakhiri obrolan dengan saling mendoakan mimpi masing-masing: dia yang terbang merengkuh pendidikan S2, dan aku yang berharap memiliki kaki yang lebih kuat untuk perjalanan yang entah bakal membawaku ke mana.
***
Sekadar mengingatkan, bagi kamu yang ingin tulisannya di-publish di sini, lesgooo klik ini, atau ketuk Kirim Tulisan yang ada di menu. Kutunggu tulisanmu!